Kamis, 29 September 2011

" Allah lah yg Pantas Sombong ", Bukan Manusia...

KHUtBah Jum’at

Ma'asyiral jama'ah jum'at rahimakumullah ...
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita panjatkan puji sterta syukur kita ke hadirat ilahi rabbi, Allah swt yang telah memberikan kita nikmat dan karunianya sehingga sampai saat ini kita masih bisa menjalankan syariatnya yaitu shalat jum'at berjamaah dalam keadaan sehat wal'afiyat
Shalawat bertangkaikan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan nabi besar kita, nabi Muhammad saw yang dengan kesabaran dan keteguhan hatinya mampu menyebarkan agama islam sampai ke seluruh penjuru dunia dan pada akhirnya sampai kepada kita.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, berikut jama'ah sekalian, Marilah dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu mengerjakan segala syariatnya, dan menjauhi segala larangannya.
Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah
Allah swt telah berfirman  dalam al-qur'an surat luqman ayat 18 :
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Sombong merupakan salah satu sifat buruk yang dibenci Allah swt, orang yang sombong adalah salah satu orang yang tidak akan dilihat Allah dan diajak bicara oleh Allah Pada hari kiamat, hal ini berdasarkan hadist nabi yang diriwayatkan Abu hurairah :
 "Tiga macam orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat dan tidak dilihat dan mereka tetap mendapat siksa yang pedih iaitu:
  • Orang tua yang berzina
  • Raja yang berdusta
  • Orang miskin yang sombong"
Sombong juga adalah hal yang menyebabkan makhluk pertama kalinya diusir dari surga, sombong adalah hal yang menyebabkan iblis diusir dari surga oleh Allah swt, nabi musa ditegur Allah karena kesombongannya, qarun ditelah bumi karena terlalu membanggakan hartanya.
Ada 1 cerita yang mengisahkan tentang kesombongan seorang filosof dan bagaimana kesombongannya itu dibalas.
Pada suatu hari seorang filosof melakukan perjalanan jauh, dalam perjalanan ini dia menumpang perahu milik orang lain, di dalam perahu tersebut ia berkenalah dengan seorang nakhoda dan berbagi berbagai pengalaman dan ilmu dengannya. Hingga akhirnya pada suatu hari sang filosof itu bertanya kepada temannya sang nakhoda
"apakah tuan nakhoda pernah belajar filsafat?"
"tidak pernah" jawab sang nakhoda
"kalau begitu tuan telah kehilangan setengah daripada hidup tuan" balas sang filosof kemudian.
Hari demi hari dilalui sang filosof, hingga pada suatu hari turunlah hujan dengan sangat deras, disertai dengan ombak yang menjulang tinggi, petir-petir yang bersahutan mengiringi angin yang bertiup kencang, tiba-tiba saja air mulai menggenangi lantai kapal, sepertinya kapal tidak kuat lagi untuk menahan gempuran badai yang dating.
Kemudian sang nakhoda pergi ke kamar sang filosof. Sang filosof sepertinya sedang ketakutan karena khawatir atas apa yang sedang terjadi. Sang nakhoda bertanya kepada sang filosof
"apakah tuan filosof pernah belajar berenang?"
Sang filosof yang sedang dicekam cemas hanya bisa menggelengkan kepala.
"kalau begitu tuan akan kehilangan seluruh hidup tuan" jawab sang nakhoda sambil berlalu
Apa hikmah yang bisa diambil dari cerita diatas? Salah 1 hikmah yang bisa diambil dari cerita diatas adalah hendaknya kita menghindari sifat sombong, terutama dalam hal ilmu pengetahuan, kita sebagai pelajar sebaiknya menghindari dari sifat membangga-banggakan ilmu yang kita miliki, bukankah diatas langit masih ada langit? Bahkan nabi musa, seorang rasul yang merupakan 'ulul azmi pun diperingati oleh Allah atas kesombongannya, Tidak pantas bagi kita untuk memakai selendang kesombongan yang hanya berhak dipakai oleh Allah swt.
Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa'id, Rasulullah Saw bersabda: "Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya". [HR Muslim]
Naudzubillahi min dzalik….
Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah.
Terkadang ada orang yang sulit membedakan antara sombong dan percaya diri, sehingga mereka terkadang ragu atas apa yang mereka lakukan, apakah yang mereka lakukan termasuk sombong, ataukah percaya diri. Sebenarnya ada perbedaan dan persamaan antara sombong dan percaya diri itu tersebut.
Persamaannya adalah sombong dan percaya diri mendorong seseorang untuk berani mengambil suatu tindakan, perbedaannya adalah percaya diri didasarkan atas persamaan derajat antar manusia "kalo dia bisa menjadi perwakilan dari sekolah ini dalam perlombaan itu, seharusnya saya juga bisa untuk melakukannya", sedangkan sombong didasarkan atas asas perbandingan antar manusia "saya lebih pintar dari dia, seharusnya saya yang mewakili sekolah ini dalam perlombaan itu", Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: Orang yang sombong adalah orang yang memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak layak mengerjakan suatu urusan
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah..
Salah seorang ulama, Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Al-Busti –Rahimahullah berkata mengenai sifat sombong itu sendiri:
"Tiadalah yang lebih mendatangkan kebencian seperti sifat sombong
dan tiadalah yang lebih menghasilkan cinta seperti sifat tawadhu' (rendah hati)".
Beliau pun memberi kiat-kiat untuk kita tentang bagaimana cara menghindari sifat sombong, :
"Orang berakal apabila melihat orang lain yang lebih tua darinya akan tawadhu' (rendah hati) kepadanya seraya berkata: "Orang ini telah mendahului aku dalam Islam".
Apabila melihat orang lain yang lebih muda darinya akan tawadhu' (rendah hati) kepadanya seraya berkata: "Aku telah mendahuluinya dalam dosa-dosa".
Dan apabila melihat orang yang seusia dengannya, dia menganggapnya sebagai saudara (sama dengannya)".
imam ghazali menambahkan dalam kitabnya ihya 'ulumuddin mengenai cara mencegah timbulnya sifat sombong:
Ketika kita melihat seorang 'alim, kita bisa berkata dalam hati: "Orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahui?" Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku. Aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar tanggung jawabku kelak

Hadirin jum'at rahimakumullah..
Sifat sombong merupakan sifat yang tercela, oleh karena itu marilah kita menjauhi sifat tersebut dengan terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Semoga kita selalu terhindar dari perbuatan ini dan menjadi muslim yang dicintai oleh Allah swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar