KHUtBah Jum’at
Pada  kesempatan yang mulia ini, marilah kita panjatkan puji sterta syukur  kita ke hadirat ilahi rabbi, Allah swt yang telah memberikan kita nikmat  dan karunianya sehingga sampai saat ini kita masih bisa menjalankan  syariatnya yaitu shalat jum'at berjamaah dalam keadaan sehat wal'afiyat
Shalawat  bertangkaikan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan nabi besar  kita, nabi Muhammad saw yang dengan kesabaran dan keteguhan hatinya  mampu menyebarkan agama islam sampai ke seluruh penjuru dunia dan pada  akhirnya sampai kepada kita.
Selanjutnya, khatib berwasiat  kepada diri khatib sendiri, berikut jama'ah sekalian, Marilah dari  sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu  meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu  mengerjakan segala syariatnya, dan menjauhi segala larangannya.Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah
Allah swt telah berfirman dalam al-qur'an surat luqman ayat 18 :
dan  janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan  janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah  tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Sombong  merupakan salah satu sifat buruk yang dibenci Allah swt, orang yang  sombong adalah salah satu orang yang tidak  akan dilihat Allah dan  diajak bicara oleh Allah Pada hari kiamat, hal ini berdasarkan hadist  nabi yang diriwayatkan Abu hurairah :
 "Tiga  macam orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah s.w.t. pada  hari kiamat dan tidak dilihat dan mereka tetap mendapat siksa yang pedih  iaitu:- Orang tua yang berzina
 - Raja yang berdusta
 - Orang miskin yang sombong"
 
Sombong  juga adalah hal yang menyebabkan makhluk pertama kalinya diusir dari  surga, sombong adalah hal yang menyebabkan iblis diusir dari surga oleh  Allah swt, nabi musa ditegur Allah karena kesombongannya, qarun ditelah  bumi karena terlalu membanggakan hartanya.
Ada 1 cerita yang mengisahkan tentang kesombongan seorang filosof dan bagaimana kesombongannya itu dibalas.
Pada  suatu hari seorang filosof melakukan perjalanan jauh, dalam perjalanan  ini dia menumpang perahu milik orang lain, di dalam perahu tersebut ia  berkenalah dengan seorang nakhoda dan berbagi berbagai pengalaman dan  ilmu dengannya. Hingga akhirnya pada suatu hari sang filosof itu  bertanya kepada temannya sang nakhoda
"apakah tuan nakhoda pernah belajar filsafat?"
"tidak pernah" jawab sang nakhoda
"kalau begitu tuan telah kehilangan setengah daripada hidup tuan" balas sang filosof kemudian.
Hari  demi hari dilalui sang filosof, hingga pada suatu hari turunlah  hujan  dengan sangat deras, disertai dengan ombak yang menjulang tinggi,  petir-petir yang bersahutan mengiringi angin yang bertiup kencang,  tiba-tiba saja air mulai menggenangi lantai kapal, sepertinya kapal  tidak kuat lagi untuk menahan gempuran badai yang dating.
Kemudian  sang nakhoda pergi ke kamar sang filosof. Sang filosof sepertinya  sedang ketakutan karena khawatir atas apa yang sedang terjadi. Sang  nakhoda bertanya kepada sang filosof
"apakah tuan filosof pernah belajar berenang?"
Sang filosof yang sedang dicekam cemas hanya bisa menggelengkan kepala.
"kalau begitu tuan akan kehilangan seluruh hidup tuan" jawab sang nakhoda sambil berlalu
Apa  hikmah yang bisa diambil dari cerita diatas? Salah 1 hikmah yang bisa  diambil dari cerita diatas adalah hendaknya kita menghindari sifat  sombong, terutama dalam hal ilmu pengetahuan, kita sebagai pelajar  sebaiknya menghindari dari sifat membangga-banggakan ilmu yang kita  miliki, bukankah diatas langit masih ada langit? Bahkan nabi musa,  seorang rasul yang merupakan 'ulul azmi pun diperingati oleh Allah atas  kesombongannya, Tidak pantas bagi kita untuk memakai selendang  kesombongan yang hanya berhak dipakai oleh Allah swt.
Dari  al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa'id, Rasulullah Saw bersabda:  "Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong  adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka  Aku akan menyiksanya". [HR Muslim]
Naudzubillahi min dzalik….
Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah.
Terkadang  ada orang yang sulit membedakan antara sombong dan percaya diri,  sehingga mereka terkadang ragu atas apa yang mereka lakukan, apakah yang  mereka lakukan termasuk sombong, ataukah percaya diri. Sebenarnya ada  perbedaan dan persamaan antara sombong dan percaya diri itu tersebut.
Persamaannya  adalah sombong dan percaya diri mendorong seseorang untuk berani  mengambil suatu tindakan, perbedaannya adalah percaya diri didasarkan  atas persamaan derajat antar manusia "kalo dia bisa menjadi perwakilan  dari sekolah ini dalam perlombaan itu, seharusnya saya juga bisa untuk  melakukannya", sedangkan sombong didasarkan atas asas perbandingan antar  manusia "saya lebih pintar dari dia, seharusnya saya yang mewakili  sekolah ini dalam perlombaan itu", Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali  rahimahullah berkata: Orang yang  sombong adalah orang yang memandang orang lain rendah, meremehkannya dan  menganggap orang lain itu tidak layak mengerjakan suatu urusan
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah..Salah seorang ulama, Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Al-Busti –Rahimahullah berkata mengenai sifat sombong itu sendiri:
"Tiadalah yang lebih mendatangkan kebencian seperti sifat sombong
dan tiadalah yang lebih menghasilkan cinta seperti sifat tawadhu' (rendah hati)".
Beliau pun memberi kiat-kiat untuk kita tentang bagaimana cara menghindari sifat sombong, :
"Orang berakal apabila melihat orang lain yang lebih tua darinya akan tawadhu' (rendah hati) kepadanya seraya berkata: "Orang ini telah mendahului aku dalam Islam".
Apabila melihat orang lain yang lebih muda darinya akan tawadhu' (rendah hati) kepadanya seraya berkata: "Aku telah mendahuluinya dalam dosa-dosa".
Dan apabila melihat orang yang seusia dengannya, dia menganggapnya sebagai saudara (sama dengannya)".
imam ghazali menambahkan dalam kitabnya ihya 'ulumuddin mengenai cara mencegah timbulnya sifat sombong:
Ketika kita melihat seorang 'alim, kita bisa berkata dalam hati: "Orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahui?" Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku. Aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar tanggung jawabku kelak
Hadirin jum'at rahimakumullah..
Sifat  sombong merupakan sifat yang tercela, oleh karena itu marilah kita  menjauhi sifat tersebut dengan terus meningkatkan kualitas keimanan dan  ketakwaan kita kepada Allah swt. Semoga kita selalu terhindar dari  perbuatan ini dan menjadi muslim yang dicintai oleh Allah swt.








